Jumat, 24 Februari 2012

Kebahagiaan Hidup Manusia

Kebahagiaan Hidup Manusia
          (Urip mung sadrema nglakani)


Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan Allah.
  
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٦)

Fataqullaha maka bertaqwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’uu dan dengarlah wa athi’uu dan taatlah wa anfiquu dan nafkahkanlah khairan nafkah yang baik li-anfusikum bagi diri kalian Waman dan barang siapa yuqa dipelihara suhha kekikiran nafsihi dirinya fa’ulaaika maka yang demikian itu humul mereka muflihuun termasuk golongan orang-orang yang beruntung. (QS. At-Taghabun, 16).

Hakekat kehidupan manusia pada dasarnya merupakan sebuah kesadaran untuk menyatakan kebenaran dalam rangka menuju Tuhan. Kehidupan merupakan perpaduan antara akal hati, rasio dan nafsu yang disebut jiwa serta darah, daging dan tulang yang disebut jasad.Adapun hakekat kehidupan secara Islami adalah berlangsungnya proses interaksi antara jiwa dan raga selama hidup di dunia dalam mengemban amanah sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dan manusia merupakan makhluk sosial dimana dia membutuhkan lingkungan hidup untuk berkelompok dan mengembangkan dirinya. Manusia merupakan makhluk individu dia mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan serta membutuhkan material dan spiritual sebagai sarana untuk menopang kehidupannya. Dan Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan ber-Tuhan yang dikenal dengan istilah fitrah.


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)

Fa’aqim maka hadapkanlah waj-haka wajahmu lid-diini kepada agama haniifaa yang lurus fithratallahil fitrah Allah lati yang fathara menciptakan naasa manusia alaihaa atasnya latabdiila tidak ada perubahan li-khalqillahi bagi ciptaan Allah dzaalika yang demikian itu diinul agama qayyim  yang lurus wa laakinna akan tetapi aktsaran kebanyakan naasi manusia la-ya’lamuun tidak mengetahui (QS. Ar-Arum, 30).

Secara fitrah manusia seperti juga mahluk-mahluk Allah lain adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh pada aturan Sang Khaliq Rabbul alamin. Jiwa yang fitrah cenderung pada kebenaran (hanif). Kebenaran, merupakan hak fitri manusia yang akan menghantarkannya untuk menggapai ridha Allah karena tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah kepada-Nya.

Orang yang mengajak kepada petunjuk.
(Sabda Rasulullah : HR. Abu Hurairah ra).


Man da’aa ilaa hudaa barang siapa mengajak kepada jalan petunjuk kaanaa lahu minal ajri ia memperoleh pahala mitslu ujuuri seperti pahala yang diperoleh oleh man tabi’ahu orang orang yang mengikutinya la-yanqushu dzaalika demikian itu tanpa mengurangi min ujurihim syai’aa dari pahala mereka sedikitpun wa man da’aa ilaa dhalalatin dan barang siapa mengajak kepada jalan kesesatan kaana alaihi minal itsmi ia memperoleh dosa mislu atsaami seperti dosa yang diperoleh oleh man tabi’ahu orang-orang yang mengikutinya la-yanqushu dzaalika yang demikian itu tanpa mengurangi min atsaamihim syai’aa dari dosa mereka sedikitpun.

Dengan iman dan amal shalih manusia dapat memainkan peranannya sebagai khalifah Allah di bumi. Khalifah yang baik adalah mereka yang beriman, berilmu dan beramal shaleh menyembah Allah mendirikan shalat dan tidak mempersekutukannya. Keyakinan yang benar akan mengajaknya kepada jalan petunjuk yaitu jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat Dan barang siapa mentaati Allah dan rasulnya maka sesungguhnya memperoleh pahala yang besar.

Kehidupan itu hendaknya memberikan makna pada manusia dan selalu ingat akan Tuhannya. Merasa menjadi manusia yang diciptakan tidak sempurna untuk mengendalikan jagad raya. Siapa saja yang merasa menjadi ciptaan-Nya pada dasar nya hanya sekedar menjalani hidup.Maka hendaknya dalam setiap kebersamaan ciptakan suasana kekerabatan kekeluarga an dengan mengedepankan perilaku dan budi pekerti luhur. (ahlaqul karimah).

 
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١)الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)

Tabaarak Maha suci Allah alladzii biyadihil mulku yang ditangan-Nya segala kerajaan wa huwa alaa kulli syai’in qadiir Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Alladzii khalaqal mauta Yang menjadikan mati wal hayaata dan hidup liyabluwakum supaya Dia menguji kamu ayyukum ahsanu amalaa  siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya wa huwal azizul ghafuur dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al-Mulk, 1-2).



Tidak ada komentar: