Kebahagiaan Hidup Manusia
(Urip mung sadrema nglakani)
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا
وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(١٦)
Fataqullaha maka bertaqwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’uu dan dengarlah wa athi’uu dan taatlah wa anfiquu dan nafkahkanlah khairan nafkah yang baik li-anfusikum bagi diri kalian Waman dan barang siapa yuqa dipelihara suhha kekikiran nafsihi dirinya fa’ulaaika maka yang demikian itu humul mereka muflihuun termasuk golongan orang-orang yang beruntung. (QS. At-Taghabun, 16).
Hakekat kehidupan
manusia pada dasarnya merupakan sebuah kesadaran untuk menyatakan
kebenaran dalam rangka menuju
Tuhan. Kehidupan merupakan perpaduan
antara akal hati, rasio dan nafsu yang disebut jiwa serta darah, daging dan
tulang yang disebut jasad.Adapun hakekat kehidupan secara Islami adalah
berlangsungnya proses interaksi antara jiwa dan raga selama hidup di dunia dalam
mengemban amanah sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Dan manusia
merupakan makhluk sosial dimana dia membutuhkan lingkungan hidup untuk berkelompok
dan mengembangkan dirinya. Manusia merupakan makhluk individu dia mempunyai
potensi-potensi yang dapat dikembangkan serta membutuhkan material dan
spiritual sebagai sarana untuk menopang kehidupannya. Dan Islam mengajarkan
bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan ber-Tuhan yang
dikenal dengan istilah fitrah.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي
فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)
Fa’aqim maka hadapkanlah waj-haka wajahmu lid-diini kepada
agama haniifaa yang lurus fithratallahil fitrah Allah lati yang fathara menciptakan naasa manusia
alaihaa atasnya latabdiila tidak ada perubahan
li-khalqillahi bagi ciptaan Allah
dzaalika yang demikian itu diinul agama
qayyim
yang lurus wa laakinna akan
tetapi aktsaran kebanyakan naasi manusia la-ya’lamuun tidak mengetahui
(QS. Ar-Arum, 30).
Secara fitrah manusia
seperti juga mahluk-mahluk Allah lain adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh
pada aturan Sang Khaliq Rabbul alamin. Jiwa yang fitrah cenderung pada
kebenaran (hanif). Kebenaran, merupakan hak fitri manusia yang
akan menghantarkannya untuk menggapai ridha Allah karena tidaklah diciptakan
jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah kepada-Nya.
Orang yang mengajak kepada petunjuk.
(Sabda Rasulullah : HR. Abu Hurairah ra).
Man da’aa ilaa hudaa barang siapa mengajak kepada jalan
petunjuk kaanaa lahu minal ajri ia
memperoleh pahala mitslu ujuuri seperti
pahala yang diperoleh oleh man tabi’ahu orang
orang yang mengikutinya la-yanqushu
dzaalika demikian itu tanpa mengurangi min
ujurihim syai’aa dari pahala
mereka sedikitpun wa man da’aa ilaa
dhalalatin dan barang siapa mengajak kepada jalan kesesatan kaana alaihi minal itsmi ia memperoleh
dosa mislu atsaami seperti dosa yang
diperoleh oleh man tabi’ahu orang-orang
yang mengikutinya la-yanqushu dzaalika yang
demikian itu tanpa mengurangi min atsaamihim syai’aa dari dosa mereka
sedikitpun.
Dengan iman dan amal
shalih manusia dapat memainkan peranannya sebagai khalifah Allah di bumi.
Khalifah yang baik adalah mereka yang beriman, berilmu dan beramal shaleh
menyembah Allah mendirikan shalat dan tidak mempersekutukannya. Keyakinan yang
benar akan mengajaknya kepada jalan petunjuk yaitu jalannya orang-orang yang
telah diberi nikmat Dan barang siapa mentaati Allah dan rasulnya maka sesungguhnya memperoleh pahala yang besar.
Kehidupan itu hendaknya memberikan makna pada manusia dan selalu ingat
akan Tuhannya. Merasa menjadi manusia yang diciptakan tidak sempurna untuk
mengendalikan jagad raya. Siapa saja yang merasa menjadi ciptaan-Nya pada dasar
nya hanya sekedar menjalani hidup.Maka hendaknya dalam setiap kebersamaan
ciptakan suasana kekerabatan kekeluarga an dengan mengedepankan perilaku dan
budi pekerti luhur. (ahlaqul karimah).
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ (١)الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)
Tabaarak Maha suci Allah alladzii
biyadihil mulku yang ditangan-Nya segala
kerajaan wa huwa alaa kulli syai’in qadiir Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Alladzii khalaqal
mauta Yang menjadikan mati wal hayaata dan hidup liyabluwakum
supaya Dia menguji kamu ayyukum ahsanu amalaa siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya wa
huwal azizul ghafuur dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS.
Al-Mulk, 1-2).
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.