Hikmah
Pergantian Tahun Baru Hijriyah
(Tahun baru merupakan refleksi dan
introspeksi diri)
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
Muhasabah mengevaluasi diri/Muahadah mengesakan Tuhan Mujahadah berjuang Muraqabah
mendekatkan diri disertai Muaqabah menyadari
atas segala kekurangan.
Man orang yang yuuladu dilahirkan
muu’minaan beriman wa yahyaa dan
hidup muu’minaan beriman wa yamuutu serta mati muu’minaan dalam keadaan beriman.
Khairunnasi Sebaik-baik manusia man thala umruhu orang yang panjang umurnya wa hasuna amaluhu dan baik amalannya wa syarrunnaasi dan sejahat-jahat
manusia man thala umruhu orang yang
panjang umurnya wa saa’a amaluhu dan
buruk amalannya (HR. Iman Ahmad).
Pergantian tahun baru merupakan
refleksi catatan sejarah yang kelak akan kita pertanggung jawabkan
di hadapan Allah SWT.
اقْرَأْ كِتَابَكَ
كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (١٤)
Iqra’ Bacalah kitabaka kitabmu (catatan amal), kafa cukuplah bi-nafsika tentang dirimu al-yauma pada hari ini alaika sebagai hasibaa perhitungan amal.
(QS. Al-Israa’ 14).
Hasabu anfusakum hisablah diri kalian qabla anta hasabuu sebelum kalian dihisab wa zanuu anfusakum timbanglah diri
kalian qabla antazanu sebelum kalian
ditimbang fainnahu ahwan alaikum karena
sungguh mudah bagi kalian fii hisabi
ghadaa bagi orang-orang yang melakukan hisab di dunia anta hasibu
anfusakum berhias dirilah kalian dengan amal shaleh al-yauma pada hari ini wa
tazanu li-ta’ardhil akbar untuk sebuah perhelatan akbar pada hari
kiamat (HR. Al-Faqih).
Karena itulah kita
dituntut untuk melakukan introspeksi diri dengan
membaca terlebih dahulu lembaran catatan sejarah kita setahun yang lalu, untuk
dijadikan sebagai cermin dalam menempuh dan mengisi perjalanan sejarah tahun berikutnya
Man Barang siapa yang istawa kemarin keadaannya sama yaumaahu dengan hari ini fahuwa maghbunun maka ia adalah orang-orang yang merugi Wa man kaana Barang siapa yang ghaduhu syarraan hari esuk keadaannya lebih buruk min yaumihi dari hari ini fahuwa mal-uunun maka ia adalah orang yang terkutuk Wa man Barang siapa yang lamyakun fiz ziyaadati keadaannya tidak bertambah fahuwa fiinnuqshaani maka berada dalam kekurangan Waman kaana fiinuqshaani fal-mautu khairun lahu Dan barang siapa yang berada dalam kekurangan maka mati lebih baik baginya (HR. al-Faqih).
Hadist tersebut memberikan isyarat kepada kita bahwa
hidup ini harus mengalami perubahan kearah kebaikan dari waktu kewaktu secara individu maupun bermasyarakat. Dan barang siapa yang berhijriyah dijalan Allah niscaya
akan mendapati di muka bumi ini tempat hijriyah yang luas dan rezeki
yang banyak. Orang yang beriman hendaknya bertaqwa kepada Allah dan mencari
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berhijriyah pada jalan-Nya agar
mendapat keberuntungan.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ
مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ (١١)
Lahu bagi manusia mu’aqqibaatun disertai pengikut/malaikat min baini dari arah yadaihi didepannya wa min khalfihii dan dari belakangnya yahfathuunahu mereka menjaga/mencatatnya min amrillah atas perintah Allah.(QS. Ar-Ra’ad, 11).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨)وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ
فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (١٩)
Yaa-ayyuha Wahai alladziina orang-orang yang aamanuu beriman taqullaha bertakwalah kepada Allah wat-tandhur dan hendaklah memperhatikan nafsun dirinya maa qaddamat apa yang akan ia perbuat lighad untuk hari esok wattaqullaha dan bertakwalah kepada Allah. Innallaha Sesungguhnya Allah khabiirun Maha mengetahui bimaa terhadap apa ta’maluun yang kamu kerjakan. Wa laa-takuunuu dan janganlah kamu kalladziina seperti orang-orang yang nasuullaha lupa kepada Allah fa’ansahum lalu Allah menjadikan lupa anfusahum kepada diri mereka sendiri ulaika mereka itulah humul orang orang yang faasiquun fasik (QS. Al-Hasyr, 18-19).
Kesadaran yang harus kita lakukan dalam
menghadapi pergantian
tahun hijrah ini
adalah menemukan jati diri sehingga tahun baru hijrah ini diharapkan merupakan momentum untuk dapat menemukan pencerahan, menuju arah perubahan perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Sebab tanpa perubahan mustahil kita bisa keluar dari krisis peradaban manusia yang sedang melanda
bangsa Indonesia ini Manusia merupakan makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dalam dirinya
telah dibekali
nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Oleh karena itulah, kehidupan hendaknya memberikan
makna pada manusia dan selalu ingat akan Tuhannya. Merasa menjadi
manusia yang diciptakan tidak sempurna untuk mengendalikan jagad raya. Siapa
saja yang merasa menjadi ciptaan-Nya
pada dasarnya hanyalah sekedar menjalani hidup. Maka
hendaknya dalam setiap kebersamaan ciptakan suasana kekerabatan,
kekeluargaan dengan mengedepankan perilaku dan budi pekerti luhur.
الَّذِينَ آمَنُوا
وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ
دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (٢٠)
Alladziina orang-orang yang aamanuu beriman wa haajaruu dan berhijrah wa jahaduu serta berjihad fii sabiilillahi di jalan Allah bi-amwalihim dengan harta benda wa anfusihim dan jiwa raga mereka a’dhamu adalah lebih Tinggi darajatan derajatnya indallahi di sisi Allah.Wa ulaika Dan itulah humul orang-orang yang muflihuun mendapat kemenangan.(QS. At-Taubah, 20).
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.