Jumat, 24 Februari 2012

Kemusyrikan dan Kesesatan

Kemusyrikan dan kesesatan.
(Fitnah syubhat dan syahwat).


Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan Allah.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٦)

Fataqullaha maka bertaqwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’uu dan dengarlah wa athi’uu dan taatlah wa anfiquu dan nafkahkanlah khairan nafkah yang baik li-anfusikum bagi diri kalian Waman dan barang siapa yuqa dipelihara suhha kekikiran nafsihi dirinya fa’ulaaika maka yang demikian itu humul mereka muflihuun termasuk golongan orang-orang yang beruntung.(QS. At-Taghabun, 16).

Aqidah merupakan sumber kekuatan keimanan seorang muslim. Dari kekuatan aqidah inilah akan muncul semangat dalam jiwa seseorang untuk mengaplikasikan bentuk-bentuk ibadah yang disyari’atkan Allah kepadanya. Oleh karenanya kemurnian aqidah merupakan hal yang sangat menentukan bagi diterima atau tidaknya suatu amalan ibadah.Allah tidak akan menerima amal seseorang yang aqidahnya menyimpang karena terkena fitnah syubhat dan di antara fitnah syubhat yang paling berbahaya di bidang aqidah adalah kemusyrikan. 

ِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (٤٨)


Innallaha Sesungguhnya Allah laa-yaghfiruu tidak akan mengampuni (dosa syirik) an-yusyraka karena telah mempersekutukan bihi dengan-Nya (Allah) wa yaghfiru dan Dia mengampuni (segala dosa) maa-duuna yang selain (syirik) dzaalika yang demikian itu li-man bagi siapa yang yasyaa’u Dia kehendaki Waman Barang siapa yusyrika yang mempersekutukan billahi dengan Allah faqad maka sungguh iftaraa ia telah berbuat itsmaan dosa adhiimaa yang besar (QS. An-Nisa, 48).

Memang secara langsung kita tidak mendapatkan adanya seorang muslim yang nyata-nyata menyembah berhala bersujud kepada patung atau makam yang dianggap keramat Namun ada beberapa fenomena yang secara sekilas nampak menyimpang dan pada hakekatnya hal itupun hukumnya sama dengan perbuatan syirik, seperti halnya mengakui adanya kekuatan lain selain Allah, memasang sesaji, jimat dan mempercayai seseorang yang mengaku memiliki ilmu ghaib serta mengkultuskan para hamba-hamba Allah yang shalih. Semua ini mengakibat kan rusaknya tauhid dan aqidah lantaran syubhat tersebut.

Sisi lain yang termasuk dalam kemusyrikan dibidang aqidah adalah menjamurnya aliran-aliran keagamaan yang menyimpang dari aqidah yang benar. Masing-masing aliran keagamaan ini memandang bahwa aliran dan kelompok merekalah yang dianggap benar. Dan untuk membenarkan ajarannya merekapun mengadopsi dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian mencocokkan dengan nafsu dan akal pemikirannya. 

 
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قُلْ لا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (٥٦)

Qul katakanlah : innii sesungguhnya aku nuhiitu dilarang an-a’buda menyembah (tuhan-tuhan kamu selain Allah) lladziina orang-orang yang tad’una menyerukan min duunillahi dari selain Allah Qul katakanlah : laa-attabi’u aku tidak akan mengikuti ahwaa’akum hawa nafsumu qad  sungguh dhalaltu  tersesatlah aku idzaa jika (berbuat demikian) wamaa anaa dan tidaklah aku minal muhtadiin termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am, 56).

Sebagai seorang muslim yang tengah menjalani hidup sementara di dunia ini, hendaklah sadar untuk menapaki fitrah manusia sebagai hamba Allah. Kalaulah kita tidak waspada, kemusyrikan (syubhat) akan menggerogoti dan mengikis habis iman kita atau paling tidak akan membuat iman kita menjadi kurafat dan tidak murni lagi akibat noda-noda yang ditebarkan nya. Kemusyrikan ini sangatlah berbahaya, karena dikemas oleh penebar-penebarnya dengan nama ajaran Islam, berlabelkan syari’at dan menggunakan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk mengkukuhkan dan membuat orang tertarik terpukau dan terpesona dengan lontaran-lontaran pemikiran yang mereka gulirkan hingga merekapun akhirnya tidak segan segan untuk mengikuti alur pemikirannya.


وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

Wamaa umiruu Padahal mereka tidak disuruh ilaa liya’buduullaha kecuali supaya menyembah Allah muhlishiina lahuddiin hunafaa’a  dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus wa yuqimuush-shalaata dan supaya mereka mendirikan shalat wa yu’tuuz-zakaata dan menunaikan zakat wa dzalika diinul qayyimah dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al-Bayyinah, 5).
  
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (١١٥)

Wa mayyu-syaaqiqir rasuula Dan barang siapa yang menentang Rasul min ba’di maa tabayyana lahul hudaa sesudah jelas kebenaran petunjuk baginya wa yat-tabi’ ghaira sabiilil mu’miniina dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin nuwallihii maa tawallaa Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu wa nush-lihii jahannama dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam wa saa’at mashiraa dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS. An-Nisa, 115).