Kemusyrikan dan kesesatan.
(Fitnah
syubhat dan syahwat).
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا
خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(١٦)
Fataqullaha
maka bertaqwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’uu dan dengarlah wa
athi’uu dan taatlah wa anfiquu dan
nafkahkanlah khairan nafkah yang baik li-anfusikum bagi diri kalian Waman
dan barang siapa yuqa dipelihara
suhha kekikiran nafsihi dirinya fa’ulaaika maka yang demikian itu humul mereka muflihuun
termasuk golongan orang-orang yang beruntung.(QS.
At-Taghabun, 16).
Aqidah merupakan sumber kekuatan keimanan seorang muslim.
Dari kekuatan aqidah inilah akan muncul semangat dalam jiwa seseorang untuk
mengaplikasikan bentuk-bentuk ibadah yang disyari’atkan Allah kepadanya. Oleh
karenanya kemurnian aqidah merupakan hal yang sangat menentukan bagi diterima
atau tidaknya suatu amalan ibadah.Allah tidak akan menerima amal seseorang yang
aqidahnya menyimpang karena terkena fitnah syubhat dan di antara fitnah syubhat
yang paling berbahaya di bidang aqidah adalah kemusyrikan.
ِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (٤٨)
Innallaha Sesungguhnya Allah laa-yaghfiruu tidak akan mengampuni
(dosa syirik) an-yusyraka karena
telah mempersekutukan bihi
dengan-Nya (Allah) wa yaghfiru dan
Dia mengampuni (segala dosa) maa-duuna
yang selain (syirik) dzaalika yang
demikian itu li-man bagi siapa yang yasyaa’u Dia kehendaki Waman Barang siapa yusyrika yang mempersekutukan billahi
dengan Allah faqad maka sungguh iftaraa ia telah berbuat itsmaan dosa adhiimaa yang besar (QS.
An-Nisa, 48).
Memang secara langsung kita tidak mendapatkan adanya seorang
muslim yang nyata-nyata menyembah berhala bersujud kepada patung atau makam
yang dianggap keramat Namun ada beberapa fenomena yang secara sekilas nampak
menyimpang dan pada hakekatnya hal itupun hukumnya sama dengan perbuatan
syirik, seperti halnya mengakui adanya kekuatan lain selain Allah, memasang
sesaji, jimat dan mempercayai seseorang yang mengaku memiliki ilmu
ghaib serta mengkultuskan para hamba-hamba Allah yang shalih. Semua ini
mengakibat kan rusaknya tauhid dan aqidah lantaran syubhat tersebut.
Sisi lain yang termasuk dalam
kemusyrikan dibidang aqidah adalah menjamurnya aliran-aliran keagamaan yang menyimpang dari aqidah yang benar. Masing-masing aliran keagamaan ini
memandang bahwa aliran dan kelompok merekalah yang dianggap benar. Dan untuk
membenarkan ajarannya merekapun mengadopsi dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah
kemudian mencocokkan dengan nafsu dan akal pemikirannya.
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ
أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قُلْ لا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ
قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (٥٦)
Qul katakanlah : innii sesungguhnya aku nuhiitu dilarang an-a’buda menyembah (tuhan-tuhan kamu selain Allah) lladziina orang-orang yang tad’una menyerukan min duunillahi dari selain Allah Qul katakanlah : laa-attabi’u
aku tidak akan mengikuti ahwaa’akum
hawa nafsumu qad sungguh dhalaltu tersesatlah aku idzaa jika (berbuat demikian) wamaa anaa dan tidaklah aku minal muhtadiin termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am,
56).
Sebagai seorang muslim yang tengah menjalani hidup
sementara di dunia ini, hendaklah sadar untuk menapaki fitrah manusia sebagai
hamba Allah. Kalaulah kita tidak waspada, kemusyrikan (syubhat) akan
menggerogoti dan mengikis habis iman kita atau paling tidak akan membuat iman
kita menjadi kurafat dan tidak murni lagi akibat noda-noda yang ditebarkan
nya. Kemusyrikan ini sangatlah berbahaya, karena dikemas oleh
penebar-penebarnya dengan nama ajaran Islam, berlabelkan syari’at dan
menggunakan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk mengkukuhkan dan
membuat orang tertarik terpukau dan terpesona dengan lontaran-lontaran
pemikiran yang mereka gulirkan hingga merekapun akhirnya tidak segan segan
untuk mengikuti alur pemikirannya.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
Wamaa umiruu Padahal mereka tidak
disuruh ilaa liya’buduullaha kecuali supaya menyembah Allah muhlishiina
lahuddiin hunafaa’a dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam menjalankan agama yang lurus wa yuqimuush-shalaata dan supaya mereka mendirikan shalat
wa yu’tuuz-zakaata dan menunaikan zakat wa dzalika
diinul qayyimah dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al-Bayyinah, 5).
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا (١١٥)
Wa
mayyu-syaaqiqir rasuula Dan barang siapa yang menentang Rasul min ba’di maa tabayyana lahul hudaa sesudah jelas kebenaran
petunjuk baginya wa yat-tabi’ ghaira
sabiilil mu’miniina dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin nuwallihii maa tawallaa Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu wa nush-lihii jahannama dan Kami
masukkan ia kedalam Jahannam wa saa’at
mashiraa dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS. An-Nisa, 115).