Manusia yang Rendah Hati
(Kebahagiaan manusia di dunia dan akherat)
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
Beribadahlah kita semua kepada Allah karena
sesungguhnya Allah menyuruh kita berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat. Dan Allah selalu melarang perbuatan keji kemungkaran dan
permusuhan. Allah memberi pelajaran kepada kita agar kita dapat mengambil dari
pelajarannya. Dan ingatlah akan Allah yang Maha Agung dan bersyukurlah akan
nikmatnya jalan kebenaran dan keadilan yang ditunjukannya kepada kita ingatlah selalu akan Allah Yang
Maha Besar.
Orang beriman dan beramal shaleh penghuni
surga.
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٩)
Innalladziina Sesungguhnya orang-orang amanuu beriman wa amilush-shalihati dan mengerjakan amal-amal shaleh yahdiihim rabbuhum bii-imaanihim mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya tajrii min tahtihimul anhaaru dibawah mereka mengalir sungai-sungai fii jannaatin na’iim didalam syurga yang penuh kenikmatan (QS.Yunus, 9).
Pohon
surga ditanam bagi para penghuninya.
Thuubaa Syajaratun fiil jannati thuuba adalah sebuah pohon didalam surga
gharasahaallahu biyadihi yang ditanam oleh kekuasaan Allah wa nafakha
fiihaa min ruuhihi dan Dia meniupkan kedalamnya roh ciptaan-Nya.
Inna aghshaanahaa sesungguhnya tangkai pohon surga tersebut laturaa min
waraa’i asaril jannati dapat terlihat dari balik tembok surga tunbitul kulliyya
pohon itu menumbuhkan perhiasan perhiasan wasy-syamaaru mutahaddi lahu dan buahnyapun merunduk dengan sendirinya alaa
afwaa himaa mendekat kemulut penghuninya.
(HR. Ibnu Abas ra).
(HR. Ibnu Abas ra).
Ciri-ciri manusia dibawah naungan pohon surga.
Tuubaa liman tawaadha’a Beruntunglah orang yang rendah hati fii ghairi manqashatin tanpa mengurangi
harga diri wa dzalla fii nafsihi ia
hidup sederhana min ghairi maskanatin tanpa
membuat dirinya hina wa anfaqa min maali
jama’ahu ia menafkahkan sebagian dari hartanya yang di kumpulkannya fii ghairi ma’shiyatin bukan untuk
kemaksiatan wa khaalatha ahlal fiqhi wal
hikmati dan ia bergaul dengan ahli fiqih dan ahli hikmah wa rahima ahladz-dzulli wal
maskanati dan ia sayang kepada orang-orang kecil dan orang-orang miskin.
Thuubaa liman dzallat nafsuhu Beruntunglah orang
yang merendahkan dirinya wa thaaba
kasbuhu baik mata pencahariannya wa
kasunat sariiratuhu baik perilakunya
wa karumat alaa niyatuhu dan mulia hati nuraninya wa azala aninnaasi syarrahu dan
ia menjauhi manusia dari kejahatannya.
Thuuba liman amila bi’ilmihi Beruntunglah orang
yang mengamalkan ilmunya wa anfaqul
fadhla min malihi dan menginfaqkan sebagian hartanya wa amsakal fadhla min qaulihi dan mengutamakan menahan mulutnya (HR. Bukhari ra).
Golongan orang-orang yang beruntung.
فَاتَّقُوا اللَّهَ
مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٦)
Fataqullaaha
Maka bertakwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’u dengarlah wa athi’uu
taatlah wa anfiquu khairaan serta
nafkahkanlah nafkah yang baik li-anfusikum
untuk dirimu Waman yuqasuhha
nafsihi dan Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya fa’uulaaika humul muflihuun Maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.(QS. At-Taghabun,
16).
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.