Minggu, 26 Februari 2012

Manusia yang Rendah Hati

Manusia yang Rendah Hati
(Kebahagiaan manusia di dunia dan akherat)


Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan Allah.

Beribadahlah kita semua kepada Allah karena sesungguhnya Allah menyuruh kita berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah selalu melarang perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan. Allah memberi pelajaran kepada kita agar kita dapat mengambil dari pelajarannya. Dan ingatlah akan Allah yang Maha Agung dan bersyukurlah akan nikmatnya jalan kebenaran dan keadilan yang ditunjukannya  kepada kita ingatlah selalu akan Allah Yang Maha Besar. 

Orang beriman dan beramal shaleh penghuni surga.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٩)

Innalladziina Sesungguhnya orang-orang amanuu beriman wa amilush-shalihati dan mengerjakan amal-amal shaleh yahdiihim rabbuhum bii-imaanihim mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya tajrii min tahtihimul anhaaru dibawah mereka mengalir sungai-sungai fii jannaatin na’iim didalam syurga yang penuh kenikmatan (QS.Yunus, 9).

Pohon surga ditanam bagi para penghuninya.


Thuubaa Syajaratun fiil jannati thuuba adalah sebuah pohon didalam surga gharasahaallahu biyadihi yang ditanam oleh kekuasaan Allah wa nafakha fiihaa min ruuhihi dan Dia meniupkan kedalamnya roh ciptaan-Nya. Inna aghshaanahaa sesungguhnya tangkai pohon surga tersebut laturaa min waraa’i asaril jannati dapat terlihat dari balik tembok surga tunbitul kulliyya pohon itu menumbuhkan perhiasan perhiasan wasy-syamaaru mutahaddi lahu dan buahnyapun merunduk dengan sendirinya alaa afwaa himaa mendekat kemulut penghuninya. 
(HR. Ibnu Abas ra).

Ciri-ciri manusia dibawah naungan pohon surga.



Tuubaa liman tawaadha’a Beruntunglah orang yang rendah hati fii ghairi manqashatin tanpa mengurangi harga diri wa dzalla fii nafsihi ia hidup sederhana min ghairi maskanatin tanpa membuat dirinya hina wa anfaqa min maali jama’ahu ia menafkahkan sebagian dari hartanya yang di kumpulkannya fii ghairi ma’shiyatin bukan untuk kemaksiatan wa khaalatha ahlal fiqhi wal hikmati dan ia bergaul dengan ahli fiqih dan ahli hikmah wa rahima ahladz-dzulli wal maskanati dan ia sayang kepada orang-orang kecil dan orang-orang miskin.

Thuubaa liman dzallat nafsuhu Beruntunglah orang yang merendahkan dirinya wa thaaba kasbuhu baik mata pencahariannya wa kasunat sariiratuhu baik perilakunya wa karumat alaa niyatuhu dan mulia hati nuraninya wa azala aninnaasi  syarrahu dan ia menjauhi manusia dari kejahatannya.

Thuuba liman amila bi’ilmihi Beruntunglah orang yang mengamalkan ilmunya wa anfaqul fadhla min malihi dan menginfaqkan sebagian hartanya wa amsakal fadhla min qaulihi dan mengutamakan menahan mulutnya (HR. Bukhari ra).

Golongan orang-orang yang beruntung.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٦)

  
Fataqullaaha Maka bertakwalah kamu kepada Allah mastatha’tum menurut kesanggupanmu wasma’u dengarlah wa athi’uu taatlah wa anfiquu khairaan serta nafkahkanlah nafkah yang baik li-anfusikum untuk dirimu Waman yuqasuhha nafsihi dan Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya fa’uulaaika humul muflihuun Maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.(QS. At-Taghabun, 16).

Tidak ada komentar: