Perjalanan
Hidup Manusia
(Fitrah manusia menurut ciptaanya)
Ketahuilah bahwasanya dunia ini merupakan tempat
singgah untuk sementara. Bukanlah suatu tempat tinggal yang sebenarnya,
sedangkan manusia didalamnya selaku musafir yang sedang berkelana awal pertama
manusia singgah didalam perut ibunya dan yang terakhir manusia singgah didalam
kuburnya.
Kehidupan ini merupakan perjalanan dan
yang dituju adalah kampung akherat yaitu perkampungan yang kekal tiada
batasnya. Bagi manusia tiap tahun yang dilalui oleh umurnya, laksana satu
pemberhentian.Tiap bulan yang dilewatinya, laksana suatu kampung yang ditemui
dalam perjalanannya.Tiap hari yang dilaluinya laksana satu jengkal yang ditempuhnya dan tiap detik
nafas yang dihembuskan akan mendekatkan dirinya kepintu kampung akherat.
يَا
قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ
دَارُ الْقَرَارِ (٣٩)
Yaa-qaumi
Hai kaumku innamaa haadzihil hayaatud-dun’yaa mataa’un sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah
kesenangan sementara wa innal aahirata
hiya daarul qaraar dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal.
(QS. Al-Mu’min, 39).
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad Saw berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang
perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan
dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah SWT
dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses perjalanan panjang sesuai rencana yang telah
ditetapkan Allah.
Manusia merupakan mahluk terakhir yang
diciptakan Allah, setelah sebelumnya Allah telah menciptakan mahluk lain
seperti malaikat, jin, bumi, langit dan tata surya beserta isinya. Dan Allah
menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi mahluk yang palusabihu bihamdika wa ing
sempurna, karena manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin (Khalifah) dimuka bumi
dan memakmurkannya.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)
Wa
idz qaala rabbuka Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman lil-malaa’ikati kepada para malaikat : innii jaa’ilun fil ardhi khaliifah Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi qaaluu mereka berkata ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak wa yasfikud-dimmaa'a dan menumpahkan darah disana wa nahnu nuqaddisuu laka sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu qaala Dia berfirman innii a'lamu maalaa ta'lamuun Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
(QS.
Al-Baqarah, 30).
Allah telah mengambil perjanjian dan
kesaksian dari ruh-ruh manusia yang berada didalam alam arwah. Allah telah
mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢)
Wa idz-akhadza rabbuka Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan min banii aadama dari keturunan
anak-anak Adam min dhuhuurihim
dzur-riyyatahum dari sulbi keluarga mereka wa asyhadahum alaa anfusihim dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka alastu birrabikum seraya
berfirman : Bukankah Aku Ini
Tuhanmu? qaaluu balaa mereka
menjawab Betul (Engkau Tuban kami): syahidnaa
antaquuluu yaumal qiyaamati kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: inaa kunna an-haadzaa ghaafiliin Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).(QS. Al-A’raf, 172).
Dengan kesaksian dan perjanjian ini
maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai fitrah beriman kepada
Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah.tetaplah atas fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.
Setiap anak dilahirkan secara fitrah kesucian agama yang sesuai dengan
naluri sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia
beragama yahudi, nasrani atau majusi.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)مُنِيبِينَ
إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
(٣١)
Fa’aqim
waj-haka Maka hadapkanlah
wajahmu lid-diini haniifaa dengan lurus kepada agama Allah fithratallahillati fatharan naasa alaihaa tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu la-tabdiila
li-khalqillahi Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah
dzaalikad-diinul qayyimu Itulah agama yang
lurus wa laakinna aktsaran-naasi la-ya’lamuun tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Munii biina ilaihi Dengan kembali bertaubat kepada-Nya wat taquuhu dan
bertakwalah kepada-Nya wa
aqiimuush-shalaata serta dirikanlah
shalat wa la-takuunu minal musyrikiin dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah.
(QS. Aruum, 30-31).
(QS. Aruum, 30-31).