Rabu, 29 Februari 2012

Perjalanan Hidup Manusia

Perjalanan Hidup Manusia
(Fitrah manusia menurut ciptaanya)
  
          Ketahuilah bahwasanya dunia ini merupakan tempat singgah untuk sementara. Bukanlah suatu tempat tinggal yang sebenarnya, sedangkan manusia didalamnya selaku musafir yang sedang berkelana awal pertama manusia singgah didalam perut ibunya dan yang terakhir manusia singgah didalam kuburnya.

          Kehidupan ini merupakan perjalanan dan yang dituju adalah kampung akherat yaitu perkampungan yang kekal tiada batasnya. Bagi manusia tiap tahun yang dilalui oleh umurnya, laksana satu pemberhentian.Tiap bulan yang dilewatinya, laksana suatu kampung yang ditemui dalam perjalanannya.Tiap hari yang dilaluinya laksana  satu jengkal yang ditempuhnya dan tiap detik nafas yang dihembuskan akan mendekatkan dirinya kepintu kampung akherat.

 يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (٣٩)

Yaa-qaumi Hai kaumku innamaa haadzihil hayaatud-dun’yaa mataa’un sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah kesenangan sementara wa innal aahirata hiya daarul qaraar dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
(QS. Al-Mu’min, 39).
  
          Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah SWT dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses  perjalanan panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah.

          Manusia merupakan mahluk terakhir yang diciptakan Allah, setelah sebelumnya Allah telah menciptakan mahluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan tata surya beserta isinya. Dan Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi mahluk yang palusabihu bihamdika wa ing sempurna, karena manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin (Khalifah) dimuka bumi dan memakmurkannya.
  
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)

Wa idz qaala rabbuka Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman lil-malaa’ikati kepada para malaikat : innii jaa’ilun fil ardhi khaliifah Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi qaaluu mereka berkata ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak wa yasfikud-dimmaa'a dan menumpahkan darah disana wa nahnu nuqaddisuu laka sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu  qaala Dia berfirman innii a'lamu maalaa ta'lamuun Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
(QS. Al-Baqarah, 30).

          Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian dari ruh-ruh manusia yang berada didalam alam arwah. Allah telah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢)

Wa idz-akhadza rabbuka Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan min banii aadama dari keturunan anak-anak Adam min dhuhuurihim dzur-riyyatahum dari sulbi keluarga mereka wa asyhadahum alaa anfusihim dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka alastu birrabikum seraya berfirman : Bukankah Aku Ini Tuhanmu? qaaluu balaa mereka menjawab Betul (Engkau Tuban kami): syahidnaa antaquuluu yaumal qiyaamati kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: inaa kunna an-haadzaa ghaafiliin Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).(QS. Al-A’raf, 172).

          Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah.tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.

Setiap anak dilahirkan secara fitrah kesucian agama yang sesuai dengan naluri sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia beragama yahudi, nasrani atau majusi. 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٣١)

Fa’aqim waj-haka Maka hadapkanlah wajahmu lid-diini haniifaa dengan lurus kepada agama Allah fithratallahillati fatharan naasa alaihaa tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu la-tabdiila li-khalqillahi Tidak ada perubahan pada fitrah Allah dzaalikad-diinul qayyimu Itulah agama yang lurus wa laakinna aktsaran-naasi la-ya’lamuun tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Munii biina ilaihi Dengan kembali bertaubat kepada-Nya wat taquuhu dan bertakwalah kepada-Nya wa aqiimuush-shalaata serta dirikanlah shalat wa la-takuunu minal musyrikiin dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. 
(QS. Aruum, 30-31).