Orang-Orang beriman
Keutamaan Memakmurkan
Masjid
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
Masjid (مَسْجِد) dengan kasrah pada huruf jim
dalam bahasa Arab adalah isim makan (kata keterangan tempat) dari kata :
سَجَدَ-يَسْجُدُ-دًاوجُسُ artinya bersujud yang menyelisihi
timbangan aslinya (مَسْجَد) dengan
fathah pada huruf jim. Masjid berarti (مَسْجِد)
tempat bersujud dan bentuk jamaknya adalah (مَسَاجِد).
إِنَّمَا
يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ
يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Innamaa Hanya
ya’muru yang memakmurkan masajidallahi masjid-masjid Allah man aamana ialah orang-orang yang ber
iman billahi kepada Allah wal yaumil akhiri dan hari kemudi
an wa aqaamash-shalaata serta tetap
mendirikan shalat wa aataaz-zakaata menunaikan
zakat wa lam-takhsya illallah dan
tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Fa’asaa uula’ika Maka merekalah an-yakuunuu orang-orang yang di harapkan minal muhtadiin termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk (QS. At-Taubah, 18).
Adapun
kata memakmurkan adalah salah satu arti dari sebuah kata dalam bahasa Arab (عَمَرَ-يَعْمُرُ-عِمَارَةً) yang juga
memiliki makna menghuni, mendiami, mengabdi,
berbakti, membangun mendirikan, mengisi, memperbaiki, mencukupi, menghidupkan
menghormati dan memelihara masjid Allah.
Wa idza Dan apabila kalian ra-aitumuur-rajula melihat seseorang ya’taa dul-masaajida begitu taat
mengunjungi masjid-masjid fasyhaduu
lahu maka saksikan oleh kalian bil-iimaan
dialah orang beriman.
(HR. Baihaqi-Abu Said ra).
(HR. Baihaqi-Abu Said ra).
Man orang yang yuuladu dilahirkan
muu’minaan beriman wa yahyaa dan
hidup muu’minaan beriman wa yamuutu serta mati muu’minaan dalam keadaan beriman.
U’thiitu
khamsaan Aku telah diberi lima perkara lam-yu’thahunna ahadun yang belum pernah sekalipun
diberikan minal anbiyaa’i qabli kepada
seorang nabipun sebelumku : nushirtu
bir-ru’bi masiiratan syahrin aku diberi pertolongan rasa takut (pada hati
musuh) dalam jarak perjalanan sebulan wa
u’thiitu mafaatiihal ardli aku telah diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi
wa ju’ilat liyal ardlu masjidaan bumi
dijadikan untukku sebagai masjid wa
thahuuraan dan alat untuk mensucikan wa
ju’ilat ummatii khairal umami umatku dijadikan sebagai umat paling baik wa u’thiitusy-syafaa’ata aku telah
diberi syafaat wa kaanan-nabiyyuu
yub’atsu ilaa qaumihi khaash-shatan para nabi diutus untuk kaumnya secara khusus wa buitstu ilaannaasi aammatan sedangkan aku diutus untuk segenap
manusia.
(HR. Bukhari-Muslem ra).
(HR. Bukhari-Muslem ra).