Selasa, 06 Maret 2012

Bertawakkal Kepada Allah

Bertawakkal Kepada Allah.
(Hidayah Iman, Islam, Ikhsan dan Ikhlas)


Pengertian tawakal :

Menurut etimologi (lughat) tawakkal berasal dari kata At-tawakkul berasal dari kata dasar (fi’il) wakala berarti menyerahkan, meninggalkan. Adapun kata tawakkul berwazan tafa’ulun dari kata Al-wakalah atau Al-wikalah berarti memperlihatkan ketidak mampuan seseorang dan bersandar pada sesuatu sebagai tumpuan atau orang lain.

Al-wakalah memiliki dua makna : At-tawakil berarti mewakilkan sekaligus menyerahkan. At-tawakul berarti menjalankan tugas berdasarkan perwakilan yang diberikan oleh pemberi hak tersebut. Menurut terminologi tawakal berarti membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah Swt dengan menyerahkan keputusan segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt.

Menurut Syekh Ahmad Faridl, tawakal berarti kebenaran dan lurusnya hati dalam berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah dalam mencari kemaslahatan dan kebaikan, menolak kemadlaratan menyangkut urusan dunia dan akhirat.

وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (١٢٣)

Wa lillahi ghaibu Dan kepunyaan Allah apa yang ghaib as-samaawaati wal ardli di langit dan di bumi wa ilaihi yurja’ul amru kulluhu dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya faa’bud’hu Maka sembahlah Dia wa tawakkal alaihi dan bertawakkallah kepada-Nya wamaa rabbuka bighaafilin dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai ammaa ta’maluun dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud, 123).

Rasulullah Saw bersabda, Seandainya kamu sekalian bertawakal kepada Allah sepenuh hati niscaya Allah akan memberi rezeki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberinya kepada burung-burung Burung-burung itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang. 
(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Rasulullah Saw bersabda, Siapa yang ingin menjadi orang yang paling kuat, maka hendaklah ia bertawakal kepada Allah. Siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya, maka hendaklah ia mempercayai apa yang ditangan Allah dari pada apa yang ada di tangannya sendiri. Dan siapa yang ingin menjadi orang yang mulia, hendaklah ia bertakwa kepada Allah.
(HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas)

Imam Sahal berkata : Siapa yang menentang ikhtiar berarti pula  menentang sunnah dan siapa yang mencela tawakal berarti mencela iman. Sebab tawakkal adalah sikap dan sifat Rasulullah Saw sedang ikhtiar adalah sunnahnya. Maka siapapun yang ingin mengikuti jejak Rasulullah janganlah meninggalkan sunnahnya.
  
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ (٨٤)

Wa qaala muusaa Berkata Musa As yaa-qaumi Hai kaumku inkuntum aamantum billahi jika kamu beriman kepada Allah fa’alaihi tawakkaluu Maka bertawakkallah kepada-Nya saja inkuntum muslimiina jika kamu benar-benar orang Islam yang berserah diri (QS. Yunus, 84).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣٥)

Yaa-ayyuha Hai alladziina aamanuu orang-orang yang beriman taquullaha bertakwalah kepada Allah wabtaghuu ilaihil dan carilah jalan menuju kepada-Nya wasiilata yang mendekatkan diri kepada-Nya wa jaahiduu fii sabiilihii dan berjihadlah pada jalan-Nya la’allakum tuflihuun agar kamu mendapat keberuntungan (QS.Al-Ma’idah, 35).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila di sebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Orang yang bertawakkal adalah orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Allah berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan, memperoleh  ampunan dan surga  rezki kenikmatan yang mulia.

Adapun urgensi dari tawakkal merupakan bagian dari syarat sempurnanya Iman, Islam, Ikhsan dan ikhlas. Tawakkal juga berkaitan dengan petunjuk (hidayah), ketaatan (taqwa) teguh pendirian (istiqamah), kepercayaan (amanah), kesehatan (afiyah), keselamatan (salamah), kemuliaan (karamah), kesabaran (sabriyah) dalam ibadah dan muamalah. 
  
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)

Waman Barang siapa  yattaqillaha bertakwa kepada Allah yaj’al-lahu makhrajaa niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Wa yarzuqhu dan memberinya rezki min haitsu laa-yahtasibu dari arah yang tiada disangka-sangkanya wamay-yatawakkal Dan Barang siapa yang bertawakkal alallahi kepada Allah fahuwa hasbuhu niscaya Allah mencukupkan keperluannya Innallaha Sungguhnya Allah balighu amrihii melaksanakan segala urusan yang dikehendaki-Nya Qad-ja’alallahu Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan likulli syai’in qadraa ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. 
(QS.At-Thalaaq, 2-3).

  
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (١٩)

Waman Barang siapa araadal yang menghendaki aakhirata kehidupan akherat wa sa’aa lahaa dan berusaha kearah itu sa’yahaa dengan sungguh-sungguh wa huwa mu’mi nun sedangkan ia adalah mu’min fa-ula’ika maka mereka itu kaana sa’yuhum adalah orang-orang yang usahanya di balasi masykuuraa dengan kebaikan (QS. Al-Isra’, 19).