Bertawakkal Kepada Allah.
(Hidayah Iman, Islam, Ikhsan dan Ikhlas)
Pengertian tawakal :
Menurut etimologi (lughat) tawakkal berasal dari
kata At-tawakkul
berasal dari kata dasar (fi’il) wakala berarti menyerahkan, meninggalkan. Adapun kata tawakkul
berwazan tafa’ulun dari kata Al-wakalah atau Al-wikalah berarti memperlihatkan
ketidak mampuan seseorang dan bersandar pada sesuatu sebagai tumpuan atau orang
lain.
Al-wakalah memiliki dua makna : At-tawakil berarti mewakilkan
sekaligus menyerahkan. At-tawakul berarti menjalankan tugas
berdasarkan perwakilan yang diberikan oleh pemberi hak tersebut. Menurut
terminologi tawakal berarti membebaskan diri dari segala ketergantungan
kepada selain Allah Swt dengan menyerahkan keputusan segala sesuatunya hanya
kepada Allah Swt.
Menurut Syekh Ahmad Faridl, tawakal
berarti kebenaran dan lurusnya hati dalam berserah diri dan berpegang teguh
kepada Allah dalam mencari kemaslahatan dan kebaikan, menolak kemadlaratan
menyangkut urusan dunia dan akhirat.
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا
رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (١٢٣)
Wa lillahi ghaibu Dan
kepunyaan Allah apa yang ghaib as-samaawaati wal ardli di langit dan di bumi wa ilaihi yurja’ul amru
kulluhu dan kepada-Nyalah dikembalikan
urusan-urusan semuanya faa’bud’hu Maka sembahlah Dia wa tawakkal alaihi dan bertawakkallah kepada-Nya wamaa rabbuka bighaafilin dan
sekali-kali Tuhanmu tidak lalai ammaa
ta’maluun dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud, 123).
Rasulullah Saw bersabda, Seandainya kamu sekalian bertawakal kepada Allah sepenuh hati niscaya
Allah akan memberi rezeki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberinya kepada
burung-burung Burung-burung itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.
(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah Saw bersabda, Siapa yang ingin menjadi orang yang paling kuat, maka hendaklah ia
bertawakal kepada Allah. Siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya, maka
hendaklah ia mempercayai apa yang ditangan Allah dari pada apa yang ada di
tangannya sendiri. Dan siapa yang ingin menjadi orang yang mulia, hendaklah ia
bertakwa kepada Allah.
(HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas)
(HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas)
Imam Sahal berkata : Siapa yang menentang ikhtiar berarti pula menentang sunnah dan siapa yang mencela
tawakal berarti mencela iman. Sebab tawakkal adalah sikap dan sifat Rasulullah
Saw sedang ikhtiar adalah sunnahnya. Maka siapapun yang ingin mengikuti jejak
Rasulullah janganlah meninggalkan sunnahnya.
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ
إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ
(٨٤)
Wa qaala muusaa Berkata
Musa As yaa-qaumi Hai
kaumku inkuntum aamantum
billahi jika
kamu beriman kepada Allah fa’alaihi tawakkaluu Maka
bertawakkallah kepada-Nya saja inkuntum muslimiina jika
kamu benar-benar orang Islam yang berserah diri (QS. Yunus, 84).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣٥)
Yaa-ayyuha Hai alladziina
aamanuu orang-orang yang beriman taquullaha
bertakwalah kepada Allah wabtaghuu
ilaihil dan carilah jalan menuju kepada-Nya wasiilata yang mendekatkan diri kepada-Nya wa jaahiduu fii sabiilihii dan berjihadlah pada jalan-Nya la’allakum tuflihuun agar kamu
mendapat keberuntungan (QS.Al-Ma’idah,
35).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila di sebut nama Allah gemetarlah
hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Orang yang bertawakkal adalah orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Allah berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka memperoleh
beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan, memperoleh ampunan
dan surga rezki kenikmatan yang mulia.
Adapun urgensi dari tawakkal merupakan bagian dari syarat
sempurnanya Iman, Islam, Ikhsan dan ikhlas. Tawakkal juga berkaitan dengan
petunjuk (hidayah), ketaatan (taqwa) teguh pendirian (istiqamah), kepercayaan (amanah), kesehatan (afiyah),
keselamatan (salamah), kemuliaan (karamah), kesabaran (sabriyah)
dalam ibadah dan muamalah.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)
Waman Barang
siapa yattaqillaha
bertakwa kepada Allah yaj’al-lahu
makhrajaa niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Wa yarzuqhu dan memberinya
rezki min haitsu laa-yahtasibu
dari arah yang tiada disangka-sangkanya
wamay-yatawakkal Dan Barang siapa yang bertawakkal alallahi kepada Allah fahuwa
hasbuhu niscaya Allah mencukupkan keperluannya Innallaha Sungguhnya Allah balighu
amrihii melaksanakan segala urusan yang dikehendaki-Nya Qad-ja’alallahu Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan likulli syai’in qadraa ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.
(QS.At-Thalaaq, 2-3).
(QS.At-Thalaaq, 2-3).
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (١٩)
Waman Barang siapa araadal yang menghendaki aakhirata
kehidupan akherat wa sa’aa lahaa dan
berusaha kearah itu sa’yahaa dengan
sungguh-sungguh wa huwa mu’mi nun sedangkan
ia adalah mu’min fa-ula’ika maka
mereka itu kaana sa’yuhum adalah
orang-orang yang usahanya di balasi masykuuraa
dengan kebaikan (QS. Al-Isra’, 19).