Sucikan Hati
Bersihkan Jiwa
(Manusia diciptakan menurut fitrahnya)
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي
فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)
Fa’aqim waj-haka Maka hadapkanlah
wajahmu lid-diini kepada agama Allah haniifaa
dengan lurus fithratallahi dan tetaplah atas
fitrah Allah allati fatharanaasa alaihaa
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu la-tabdiila li-khalqillahi tidak ada perubahan pada fitrah Allah, dzaalikad-diinul qayyimu (Itulah) agama yang lurus (QS. Ar-Arum,30).
Manusia
yang suci hatinya dan bersih jiwanya senantiasa menaruh perhatian yang besar
untuk terus memperbaiki amalan melebihi perhatian terhadap amalnya itu sendiri.
Senantiasa bersemangat untuk meningkatkan keikhlasan dalam beramal meng
harap hidayah, mutaba'ah (mengontrol)
dan ihsan. Hendaknya selalu mensyukuri karunia dan nikmat dari Allah SWT
serta introspeksi terhadap kekurangan dirinya dalam memenuhi kewajibannya dalam
beribadah.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ
بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (١١)
Wa man Dan barang siapa yu’minuu yang beriman billahi kepada
Allah yahdi qalbahu niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya wallaha
bi-kulli syai’in aliim dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. At-Taghaabun, 11).
Abul Husain
al-Warraq berkata :
Hati
yang suci adalah yang selalu mengingat
Dzat Yang Maha Suci dan jiwa yang bersih
adalah yang selalu terjaga kebersihannya. Adapun
ketenangan jiwa adalah yang kembali kepada Allah dengan perasaan lega dan
mendapatkan ridha-Nya.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤)وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
(١٥)
Qad Sesungguhnya aflaha beruntunglah man
taszakaa orang yang membersihkan dirinya wa
dzakarasma rabbihi dan Dia ingat nama Tuhannya fashalaa lalu dia
sembahyang.(QS. Al-A’laa,
14-15).
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
(١٠)
Qad Sesungguhnya aflaha beruntunglah man
zakahaa orang yang mensucikan jiwanya wa qad dan sesungguhnya khaaba
merugilah man dasahaa orang yang mengotorinya.(QS.
Asy-Syamsi, 9-10).
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ
رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩)وَادْخُلِي جَنَّتِي (٣٠)
Yaa-ayyuha Hai an-nafsul muthma’inah jiwa yang tenang. Irji’ii
ilaa rabbika Kembalilah kepada Tuhanmu radhiyatan mardliyah dengan hati yang lega lagi diridhai-Nya.Faadkhulii Maka masuklah kedalam ‘ibaadii jama'ah hamba-hamba-Ku. Waadkhulii jannatii masuklah kedalam syurga-Ku.(QS. Al-Fajr,
27-30).
Hati selalu mengajak dan menuntun manusia untuk menemu
kan ketenangan dan ketentraman bersama Allah sembahannya Sehingga tatkala
itulah ruh benar-benar merasakan kenikmatan dan hidup akan menjadi lebih
bermakna. Berkaitan
dengan hati nurani inilah surga dan neraka di ciptakan, para rasul
diutus dan kitab-kitab diturunkan.
Doa mohon
dibukakan pintu hati.
Allahummaftah Ya-Allah
bukalah masaami’qalbii pendengaran
hatiku li-dzikrika untuk selalu
mengingat-Mu waar-zuqnii berilah aku
rezeki thaa’atika membawaku taat kepada-Mu wa thaa’ata rasuulika dan taat kepada Rasul-Mu wa amalaan bi- kitaabika serta mengamalkan kitab-Mu (HR. Tabrani ra).
Masaami’jamak lafaz masma’un/pendengaran/pintu-pintu
hati bukalah pintu hatiku supaya senang berdzikir kepada-Mu.
Doa mohon
ketenangan jiwa.
Qul Ucapkan : Allahumma Ya-Allah innii as’aluka sesungguhnya aku mohon kepada-Mu nafsaan muthma’inah jiwa yang tenang, tuu’minu bi-liqa’ika beriman akan pertemuan dengan-Mu wa tardhaa bi-qadhaa’ika ridha dengan
keputusan-Mu wa taqna’u bi’athaa’ika
dan menerima denganpemberian-Mu (HR.
Adh-Dhiya-Abu Umamah ra).
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢)
Alladziina aamanuu orang-orang yang beriman wa lam-yal bisuu iimanahum dan tidak mencampuradukkan iman mereka bi-dhulmi dengan kezaliman (syirik), uula’ika lahumul ‘amnu mereka itulah yang mendapat keamanan wahum muhtaduun dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am, 82).