Minggu, 26 Februari 2012

Sucikan Hati Bersihkan Jiwa

 Sucikan Hati Bersihkan Jiwa
(Manusia diciptakan menurut fitrahnya)

Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban wa tarki dan meninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan Allah.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)

Fa’aqim waj-haka Maka hadapkanlah wajahmu lid-diini kepada agama Allah haniifaa dengan lurus fithratallahi dan tetaplah atas fitrah Allah allati fatharanaasa alaihaa yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu la-tabdiila li-khalqillahi tidak ada perubahan pada fitrah Allah, dzaalikad-diinul qayyimu (Itulah) agama yang lurus (QS. Ar-Arum,30). 

Manusia yang suci hatinya dan bersih jiwanya senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amalan melebihi perhatian terhadap amalnya itu sendiri. Senantiasa bersemangat untuk meningkatkan keikhlasan dalam beramal meng harap hidayah, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan. Hendaknya selalu mensyukuri karunia dan nikmat dari Allah SWT serta introspeksi terhadap kekurangan dirinya dalam memenuhi kewajibannya dalam beribadah. 

 
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (١١)

Wa man Dan barang siapa yu’minuu yang beriman billahi kepada Allah yahdi qalbahu niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya wallaha bi-kulli syai’in aliim dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. At-Taghaabun, 11).

Abul Husain al-Warraq berkata :

Hati yang suci adalah yang  selalu mengingat Dzat Yang Maha Suci  dan jiwa yang bersih adalah yang selalu terjaga kebersihannya. Adapun ketenangan jiwa adalah yang kembali kepada Allah dengan perasaan lega dan mendapatkan ridha-Nya.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤)وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (١٥)

Qad Sesungguhnya aflaha beruntunglah man taszakaa orang yang membersihkan dirinya wa dzakarasma rabbihi dan Dia ingat nama Tuhannya fashalaa lalu dia sembahyang.(QS. Al-A’laa, 14-15).

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (١٠)


Qad Sesungguhnya aflaha beruntunglah man zakahaa orang yang mensucikan jiwanya wa qad dan sesungguhnya khaaba merugilah man dasahaa orang yang mengotorinya.(QS. Asy-Syamsi, 9-10).

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩)وَادْخُلِي جَنَّتِي (٣٠)
  
Yaa-ayyuha Hai an-nafsul muthma’inah jiwa yang tenang. Irji’ii ilaa rabbika Kembalilah kepada Tuhanmu radhiyatan mardliyah dengan hati yang lega lagi diridhai-Nya.Faadkhulii Maka masuklah kedalam ‘ibaadii jama'ah hamba-hamba-Ku. Waadkhulii jannatii masuklah kedalam syurga-Ku.(QS. Al-Fajr, 27-30).

Hati selalu mengajak dan menuntun manusia untuk menemu kan ketenangan dan ketentraman bersama Allah sembahannya Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kenikmatan dan hidup akan menjadi lebih bermakna. Berkaitan dengan hati nurani inilah surga dan neraka di ciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.
Doa mohon dibukakan pintu hati.


Allahummaftah Ya-Allah bukalah masaami’qalbii pendengaran hatiku li-dzikrika untuk selalu mengingat-Mu waar-zuqnii berilah aku rezeki thaa’atika membawaku taat kepada-Mu wa thaa’ata rasuulika dan taat kepada Rasul-Mu wa amalaan bi- kitaabika serta mengamalkan kitab-Mu (HR. Tabrani ra).

Masaami’jamak lafaz masma’un/pendengaran/pintu-pintu hati bukalah pintu hatiku supaya senang berdzikir kepada-Mu.

Doa mohon ketenangan jiwa.


Qul Ucapkan : Allahumma Ya-Allah innii as’aluka sesungguhnya aku mohon kepada-Mu nafsaan muthma’inah jiwa yang tenang, tuu’minu bi-liqa’ika beriman akan pertemuan dengan-Mu wa tardhaa bi-qadhaa’ika ridha dengan keputusan-Mu wa taqna’u bi’athaa’ika dan menerima denganpemberian-Mu (HR. Adh-Dhiya-Abu Umamah ra).  
 
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢)


Alladziina aamanuu orang-orang yang beriman wa lam-yal bisuu iimanahum dan tidak mencampuradukkan iman mereka bi-dhulmi dengan kezaliman (syirik), uula’ika lahumul ‘amnu mereka itulah yang mendapat keamanan wahum muhtaduun dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am, 82).