Manusia yang mendapat petunjuk.
(Fadhilah iman, ilmu dan amal)
Mulazamah konsisten al-thariq diatas jalan bi-fi’li
dengan melaksanakan al-wajibat kewajiban-kewajiban
wa tarki dan me ninggalkan al-manhiyyat larangan-larangan
Allah. Nafsan muthma’inah ketenangan
jiwa tu’minuu bi-liqaillah beryakinan bertemu Tuhan wardha bil-qadha’illah rela
akan ketentuannya wa tasna’uu bil-atha’illah
menerima atas pemberiannya Sa’iduun
fiid-dun’yaa Berbahagia di dunia wa
sya’iduun fiil akhirah dan berbahagia di akhirat Fiidun’yaa hasanah Baik di dunia wa fiil akhirati hasanah dan baik di akherat.
Man araadad dun’yaa Barang siapa menghendaki kebahagiaan dunia
fa’alaihi bil ilmi maka wajib mengetahui
ilmunya waman araadal aakhirata dan
barang siapa menghendaki kebahagiaan akherat fa’alaihi bil ilmi maka wajib mengetahui ilmunya waman araadahumaa dan barang siapa yang
menghendaki kebahagiaan keduanya fa’alaihi
bil ilmi maka wajib baginya untuk mengetahui ilmunya (Al-Hadits).
Al-ilmu hayaatul islaami ilmu itu ruh agama Islam wa imaa dul iimaani dan tiang iman waman allama ilman siapa yang mengajar ilmu atammallahu ajrahu Allah menyempurnakan pahalanya waman ta’allama fa’amila siapa yang
belajar kemudian mengamalkannya Allamahullahu
maa lam ya’lam Allah mengajarkan yang tidak diketahuinya (Al-Hadits).
Allah akan mengangkat derajat orang-orang dengan ilmu kemudian menjadikan mereka dalam kebaikan. Kebaikan dan petunjuknya diikuti serta perbuatan-perbuatan mereka diamalkan. Karena ilmu menghidupkan hati nurani serta menerangi pandangan yang gelap dan menguatkan yang lemah. Dengan ilmu manusia mencapai kedudukan derajat yang tinggi sebagai mana orang-orang yang shaleh. Mempelajari ilmu sama halnya puasa serta mengkaji ilmu sama dengan shalat malam. Dengan ilmu Allah ditaati serta disembah dan di Esakan. Dengan ilmu manusia dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama serta memelihara hubungan kekerabatan dan kekeluargaan Ilmu adalah pemimpin dan amal adalah pengikutnya. Orang yang mendapat ilmu adalah orang yang bahagia. Dia mendidik budi pekerti kepada orang-orang serta menyuruh mereka ber buat kebaikan untuk mendekatkan mereka kepada Allah.
Man da’aa ilaa hudaa barang siapa
mengajak kepada jalan petunjuk kaanaa
lahu minal ajri ia memperoleh pahala mitslu
ujuuri seperti pahala yang diperoleh oleh man tabi’ahu orang-orang yang mengikutinya la-yanqushu dzaalika demikian itu tanpa mengurangi min ujurihim syai’aa dari pahala mereka sedikitpun wa man da’aa ilaa dhalalatin dan barang
siapa mengajak kepada jalan kesesatan kaana
alaihi minal itsmi ia memperoleh dosa mislu
atsaami seperti dosa yang diperoleh oleh man tabi’ahu orang-orang yang mengikutinya layanqu
shu dzaalika yang demikian itu tanpa
mengurangi min atsaa mihim syai’aa dari dosa
mereka sedikitpun (HR. A.
Hurairah)
Barang siapa yang mengajarkan sunah
rasul, kemudian diamalkannya, sesungguhnya ia telah mendapat pahala seperti
pahala amal yang diajarkannya. Belajarlah, sebab mempelajari ilmu karena Allah
adalah kebaikan dan menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajiannya adalah tasbih,
memahaminya berarti jihad, pengajarannya adalah sedekah dan mengajarkannya
berarti pendekatan diri kepada Allah. Ilmu adalah penghibur dikala kesepian,
menjadi kawan dikala menyendiri serta men jadi petunjuk dikala suka maupun
duka, ilmu adalah penerang serta teman yang baik dan pembimbing jalan menuju ke
surga Orang berilmu menyeru orang-orang khawas dengan hikmah serta menyeru
orang-orang awam dengan nasehat dan menyeru para pembangkang dengan bantahan,
mereka menyelamatkan dirinya dan orang lain untuk menegakkan syariah dan inilah
perwujudan manusia yang sempurana.
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (١٢٥)
Ud’u Serulah
manusia ilaa sabiili rabbika kepada
jalan Tuhan mu bil hikmati wal
mau’idhatil hasanah dengan hikmah dan pelajaran yang baik wa jadilhum billatii hiya ahsan
dan bantahlah mereka dengan cara-cara yang baik. Inna rabbaka Sesungguhnya
Tuhanmu huwa a’lamu Dialah yang
lebih mengetahui biman dhalla an-sabilih
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya wa huwa a’lamu dan Dialah yang lebih mengetahui bil-muhtadin tentang orang-orang yang
mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl, 125).
(QS. An-Nahl, 125).
Literatur :
1.
Imam Ghazali, Ust. Labib Mz, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin.
2.
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syaraah Mukhtaarul Ahadiits.
3.
Moh. Rifa’i, drs, Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim.